Lulu Liana (34), yang sudah tiga kali mengunjungi even Braga Festival yang digelar setiap tahun mengaku kecewa dengan penataan tenda dan pemilihan tenan yang terkesan seperti kaki lima.
"Kurang ada 'seni'nya gitu. Even sebesar ini katanya prestisius ternyata malah seperti pasar rakyat Gasibu," ujar Lulu ditemui di Braga Festival, Jalan Braga, Selasa (29/12/2009).
Tenant makanan mendominasi tenda-tenda penjual yang terpasang di sepanjang Braga. Di sela-sela itu, ratusan pedagang kaki lima berjualan banyak barang dagangan seperti boneka, kaos, kaos kaki, menggelar 'lapak' beralaskan tikar plastik hingga penjual es 'nong nong' dan tukang kerupuk pun bebas berjualan sepanjang jalan.
Tenda-tenda itu terpasang tidak beraturan dan sama sekali tak terlihat rapi. Lulu berpendapat seharusnya panitia Braga Festival memilih tenan sesuai dengan 'kelas' Jalan Braga.
"Kalau tahun lalu kan, kesan elegannya muncul karena tenda-tendanya unik. Enggak melulu makanan, banyak handy craft yang lucu-lucu yang mengesankan unsur seni," tutur Lulu.
Karena penataan yang semrawut dan kumuh, menurut Lulu, dirinya bersama teman-teman yang berkunjung merasa perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap para pencopet yang mungkin berkeliaran di arena yang mirip 'pasar tumpah' itu.
Pendapat yang sama dikatakan Desyah (44). Menurutnya gelaran Braga Festival kali ini, nuansa tempo dulunya tak terasa. "Ini sih kaya PKL yang dikumpulkan dalam satu tempat saja," cibirnya.
Karena itu, dia berharap Braga Festival tahun depan lebih baik lagi dibandingkan tahun ini.
sumber : http://bandung.detik.com/read/2009/12/29/175106/1268052/486/pengunjung-keluhkan-kumuhnya-braga-festival
No comments:
Post a Comment