Thursday, December 31, 2009

Ribetnya Nonton Bola Raksasa Sambut Tahun Baru

JEBOLAN Stikosa-AWS ini cukup lama merantau ke negeri Paman Sam. Namanya Maya. Ia menetap di Amerika Serikat sejak tahun 2003. Menikah dengan American, Juli 2009. Sebelumnya, ia pernah menjadi Editor in Chief Radio Mercury FM Surabaya (1998-2003).  Berikut laporan Maya, penulis Citizen Journalism Tribun Kaltim yang saat tinggal di Oakhurst Manor, New Jersey, Amerika, soal fenomena menyambut datangnya tahun baru.


MALAM pergantian tahun buatku bukan hal yang istimewa. Aku tak pernah menyusun rencana di malam pergantian tahun yang sering disebut dengan old and new.  Aku masih teringat sewaktu masih berada di Surabaya dan bekerja di Radio Mercury. Waktu itu aku harus ‘melek’ di malam pergantian tahun karena aku harus berada di acara yang sengaja diadakan.

Aku ingat di malam pergantian tahun 1999 ke tahun 2000. Selain di depan gedung Mercury bikin panggung, aku harus melek untuk ‘jagain’ komputer.  Pasti ingat dengan yang namanya virus ‘Y2K’. Nah, karena sebagian besar pekerjaanku saat itu mengandalkan komputer, makanya saat countdown bersama teknisi yang juga ikutan melek, aku jaga-jaga di depan komputer sambil melihat apa yang akan terjadi. Apalagi sebelumnya ada kabar kalau virus itu cukup berbahaya karena perubahan angka dari 1 ke 2 bisa mengganggu sistem katanya.

Setelah masuk tahun baru sampai besok, syukur tak ada gangguan buat sistem komputer. Makanya usai detik-detik pergantian itu selesai, aku bisa ‘had fun’ bersama teman dan para pendengar di panggung. Betul-betul meriah saat itu. Dan di tahun-tahun selanjutnya, acara malam tahun baru hanya dilewati di jalan tol, karena saat itu Mercury bekerja sama dengan pengelola jalan tol. Seingatku hanya dua kali acara itu dilakukan. Setelah itu, aku lebih banyak menghabiskan tahun baru di rumah bersama keluargaku.
                                                   ***
SEJAK menginjakkan kaki di Amerika, malam pergantian tahun aku lewati tak begitu istimewa. Aku ingat hanya satu kali aku kumpul-kumpul bersama teman Indonesia di sebuah apartemen. Waktu itu tuan rumah bikin masakan Indonesia, dan tepat saat countdown, kami toss dengan segelas cendol. Memang aneh sih, dingin-dingin minum cendol. Lantaran kangen masakan Indonesia, maka cendol tidak dikasih es batu seperti halnya cendol di Indonesia.

Setelah itu aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan mau melihat jatuhnya bola di Times Square lewat TV. Sayangnya, aku selalu kelewatan karena ketiduran. He... he... he……

Times Square, sebuah perempatan di jantung Kota Manhattan. Isinya hanya papan iklan terbesar. Di situlah, pusat kegiatan setiap kali malam pergantian tahun, ditandai dengan jatuhnya bola raksasa berisi kertas-kertas.

Ketika bola raksasa itu jatuh dari ketiggian tertentu saat countdown, berhamburanlah semua kertas-kertas, sebatai simbol awal tahun dengan harapan dan semangat baru. Seperti jadi tradisi, malam pergantian tahun 2009 menuju 2010 juga dipusatkan di Times Square.

Aku tak berniat pergi ke sana untuk menyaksikan detik-detik pergantian tahun yang juga diramaikan para selebritis. Dulu pada  malam pergantian tahun 2006 ke 2007, aku punya peluang ‘mau’ ke Times Square yang terkenal itu. Saat itu belum ada rencana, sampai Erlina (teman sesama perantau dari Surabaya) telepon dan ngajak pergi.

Aku setuju karena aku ingat saat itu cuaca enggak begitu dingin dan tak ada hujan, apalagi salju. Jadilah kita janjian ketemu dekat Times Square, jam 16.00 sore. Setelah makan di sebuah restoran yang lokasinya tak seberapa jauh dari Times Square, sekitar jam 18.00,  kita cari lokasi yang enak untuk menyaksikan detik-detik pergantian tahun.

Belum sampai lima menit berada di tempat itu, kami diusir polisi disuruh ke lokasi lain karena menurut mereka lokasi itu bukan untuk nonton. Di lokasi yang sudah ditentukan itu, kami kembali mengalami nasib serupa. Seperti dipimpong, hingga kali ketiga, akhirnya melahirkan rasa capek dan kesal. Kami lalu  memilih jalan-jalan di sekitar Colombus Circle dekat Lincoln Center (tempat pertunjukan jazz).

Kebetulan memang Erlina dan aku enggak pernah ke daerah itu. Jadilah kita berfoto-foto dan minum kopi ke Starbucks. Sebetulnya sih, ke Starbucks cuma pengen cari tempat pipis. Enggak tahunya ‘restroom’-nya out of order, walau kami sudah membeli kopi.

Sebel enggak? Untungnya di Lincoln Center ada supermarket yang punya restroom, walau harus antre cukup lumayan panjang. Aku pikir enggak apa-apa daripada cari lagi belum tentu dapat. Dari Colombus Circle, kita jalan balik lagi ke arah kita makan tadi. Sayangnya,  malam itu kita belum beruntung. Semakin malam, gelombang orang yang ingin masuk Times Square semakin ramai.

Akhirnya kita memutuskan untuk pulang aja dan menyaksikan jatuhnya bola itu lewat TV. Tepat jam 21.00 kita cari bus pulang, dan baru naik bus jam 22.00. Sampai di rumah aku masuk angin dan dengan segelas club soda, syukur aku bisa gelegekan dan buang gas.

Malam pergantian tahun 2006-2007 akhirnya aku lewatkan bersama Erlina  di rumahnya, sambil kita ketawa mengingat-ingat ‘usaha’ kita masuk Times Square, dan berjanji kalo ‘usaha’ itu merupakan yang pertama dan terakhir....  Selamat tahun baru, semoga harapan dan tujuan yang tak tercapai tahun ini bisa terwujud di tahun 2010...

sumber : http://www.tribunkaltim.co.id/read/artikel/44926

No comments:

Post a Comment