Thursday, December 31, 2009

Semarang Tempatnya Nasi Gandul Pak Memed


Nasi gandul? Makanan apa pula itu..... Pasti itulah yang terlintas dalam benak Anda ketika membaca menu unik satu ini. Gandul (mestinya ditulis gandhul, karena ada lafal H di antara D dan U, khas bahasa Jawa) berarti menggantung. Tapi jangan lantas membayangkan nasi bungkus yang dihidangkan dengan cara digantung. Entah bagaimana istilah nasi gandul ini bisa dipakai untuk nama sebuah menu olahan mirip kare dengan daging sapi sebagai sajian utama.
Nasi gandul adalah masakan asli daerah Pati, sebuah kota kecil kira-kira 100 km ke arah timur Kota Semarang. Di daerah itu ada sebuah desa bernama Gajahmati yang sangat terkenal dengan nasi gandulnya. Jika Anda sedang menghabiskan akhir tahun di Semarang, Anda tak perlu jauh-jauh ke Pati untuk menikmati makanan unik ini. Pak Memed, warga asli desa Gajahmati telah membawanya ke Semarang khusus bagi para penggemar nasi gandul.
Nasi Gandul Pak Memed dapat Anda temukan dengan sangat mudah. Arahkan kemudi Anda ke Bundaran Bubakan, lalu masuk ke Jalan Pattimura. Sesampainya di perempatan lampu merah Citarum, belok kanan ke arah jalan Dr. Cipto. Jalan saja pelan-pelan, kira-kira 250 meter sebelah kiri jalan akan terlihat banyak motor dan mobil yang parkir di sana. Jika belum pernah mengunjungi warung ini sebelumnya, Anda benar-benar harus memperhatikan nama dari tempat makan tersebut karena sering tertutup mobil. Warungnya sendiri cukup sederhana, hanya berupa warung tenda yang dipasang di sore hari dan ketika dagangan ludes tenda akan dibongkar lagi. Daya tampungnya sendiri hanya berkisar untuk 20 orang.
Ciri khas dari nasi gandul adalah penyajiannya. Nasi ini disajikan di atas daun pisang yang digunting melingkar seukuran piring. Begitu pesanan dilayani, Pak Memed akan menanyakan lauk yang bakal menyertai nasi gandul Anda. Di tempat itu tersedia berbagai lauk yang benar-benar mengundang selera dan cocok menjadi teman setia nasi gandul, misalnya daging sapi, babat, usus, paru, limpa, lidah, telur ayam dan otak goreng. Dengan cekatan Pak Memed akan memotong-motong lauk pesanan Anda menggunakan gunting. Potongan-potongan tersebut kemudian diletakkan di atas nasi dan disiram kuah bersantan berwarna coklat. Kuah tersebut telah tersedia dan terus dipanasi, sehingga tidak memakan waktu lama untuk menyajikannya. Disediakan juga jeruk nipis untuk memberikan sedikit sentuhan rasa asam yang segar. Bagi yang suka rasa pedas, bisa Anda tambahkan sambal.
Soal harga, nasi gandul di tempat Pak Memed ini terbilang murah meriah. Nasi gandul tanpa lauk dipatok Rp3.000, sedangkan setiap pilihan lauk Rp3.500. Semua lauk bisa dipadupadankan dan terasa pas di lidah. Rasa kuahnya begitu meresap di lidah, dipertegas dengan aroma kuah rempah yang begitu khas. Umumnya nasi gandul didominasi rasa manis, tapi di tempat Pak Memed, rasa manisnya benar-benar pas, berpadu dengan rasa gurih. Dagingnya sendiri benar-benar empuk dan otaknya yang digoreng bersama telur terasa sangat gurih.
Antrian di tempat Pak Memed tak pernah lenggang. Pengunjung datang dan pergi silih berganti. Di sini pun berlaku aturan baku: jangan lama-lama mengobrol setelah makan jika tak ingin dipelototi banyak orang. Karena pengunjung memang kerap kali harus antri menunggu giliran untuk memperoleh tempat duduk. Jika tak ingin kehabisan lauk, jangan datang lebih dari jam 9 malam. Warung Pak Memed sendiri buka setiap hari mulai pukul 5 sore hingga pukul 10 malam. Tapi diakui oleh Pak Memed, seringkali warung ini kehabisan dagangan terlebih dahulu. Pengunjungnya sendiri datang dari berbagai kalangan, mulai dari yang bersepeda hingga yang bermobil mewah.
Bagaimanapun Anda tetap direkomendasikan untuk mengunjungi warung ini jika sedang mampir di Kota Semarang.

sumber : http://www.jawaban.com/news/entertain/detail.php?id_news=091202181437

No comments:

Post a Comment