Nama George Junus Aditjondro kembali mencuat beberapa hari terakhir. Berikut wawancara wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia dengan penulis Membongkar Gurita Cikeas, di kantor penerbit Galangpress.
Mengapa anda menulis Membongkar Gurita Cikeas?
Saya tidak ingin korupsi kepresidenan seperti pada masa Soeharto kembali terulang di negeri ini. Saya meneliti proses kampanye SBY dan bukan yang lainnya karena dia yang saat ini mengendalikan negeri ini. Ada yang menilai saya menulis buku ini karena momentum Bank Century. Saya sepenuhnya menolak penilaian itu. Saya telah meneliti korupsi kepresidenan sejak 11 tahun lalu karena ini memang fokus penelitian saya.
Kapan ide buku ini muncul?
Ide menulis buku ini muncul beberapa bulan lalu setelah saya mengisi simposium internasional antikorupsi di Fakultas Hukum UI. Materi yang saya buat menjadi embrio buku ini. Tapi, bahan penulisan sudah saya kumpulkan sejak 2004, penelitian tentang korupsi harus menekankan aspek historis yang membutuhkan waktu lama. Jadi proses penulisan buku ini berjalan lancar karena saya sudah memiliki bahan yang sangat banyak.
Sejumlah pihak mempertanyakan metodologi penelitian Anda, apa pendapat Anda?
Ada dua metode pengumpulan data yang saya ambil, yakni studi kepustakaan, termasuk studi melalui Internet dan metode wawancara. Fakta yang ada dalam buku ini sebenarnya ada dalam situs resmi partai maupun yayasan yang ada dalam buku.
Saya tinggal menginterpretasikannya dan melengkapinya dengan wawancara. Saya tidak mencantumkan catatan kaki karena jika ada catatan kaki, buku ini bisa setebal 200 halaman lebih. Selain itu, catatan kaki sebenarnya hanya berfungsi menjelaskan konsep yang rumit.
Ketika saya menulis korupsi Kepresidenan, saya menggunakan konsep oligarki, dan saat itu tidak ada yang menanggapinya seserius kali ini. Kini saya mengganti konsep oligarki dengan gurita agar lebih mudah dipahami.
Oligarki masih kuat bercokol di negeri ini. Sementara, dokumen wawancara tidak saya cantumkan dalam bibliografi karena memegang etika penelitian. Saya harus melindungi narasumber.
Apa yang sebenarnya Anda cari?
Biaya penelitian saya tentang korupsi kepresidenan keluar dari kantong pribadi. Bagi saya, meneliti adalah hobi. Banyak orang hobi menonton film, merokok, atau bahkan minum, tapi hobi saya adalah meneliti. Penelitian bisa mendatangkan kepuasan. Hal-hal yang dianggap tabu oleh pemerintah justru semakin merangsang saya dalam penelitian. Selama rezim Soeharto, saya meneliti hubungan agama dengan negara, bentuk negara antara kesatuan atau federal, okupansi Timor Leste, militer, dan kekayaan Soeharto. Kini saya fokus pada korupsi kepresidenan.
Pewawancara: Budi Cahyana
sumber : http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/umum/1id153283.html
Monday, December 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment