Tuesday, December 29, 2009

Marzuki Ali: Yayasan Cikeas Milik Tetangga SBY


JAKARTA – Kubu Cikeas ramai-ramai membantah data-data George Junus Aditjondro dalam bukunya ’’Membongkar Gurita Cikeas’’. Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, Yayasan Puri Cikeas milik tetangga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas.

Marzuki menjelaskan hal itu di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Selasa (29/12). Dia meminta seluruh pihak jangan sembarangan menyebut keterlibatan SBY, padahal SBY tak tahu. Dia kemudian mencontohkan Yayasan Puri Cikeas adalah milik tetangga SBY bernama Suratno. Selain itu, yayasan yang disebut dalam buku George, yaitu Majelis Dzikir SBY Nurussalam, memiliki kegiatan konkret.

Marzuki mengatakan yayasan yang disebut dalam buku tak diaudit tanpa ada dasar hukumnya. Jika mau mengaudit, maka ribuan yayasan yang ada di Indonesia juga harus diaudit agar adil. ’’Jadi jangan diduga-duga, jangan diopinikan. Dibikin enak saja.’’

Dia menambahkan, yayasan yang dimiliki keluarga tidak dilarang dan diperbolehkan sepanjang kegiatan yayasan sosial itu dilaksanakan dengan baik maka tidak masalah.

Anas Urbaningrum, ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, meminta Panitia Angket Kasu Bank Century tidak menjadikan buku Aditjondro sebagai referensi. ’’Yang kami tidak setuju adalah kalau pansus akan menjadikan buku sensasi menjadi referensi,’’ ujarnya.

Sebelumnya, Jurubicara Kepresidenan Julian Adrian Pasha mengatakan, ’’Presiden sama sekali tidak ikut campur.’’ Yayasan-yayasan yang disebut beraviliasi ke Presiden Yudhoyono, kata Julian, tidak tertutup kemungkinan akan menerbitkan buku tandingan untuk melawan buku George Aditjondro.

Julian tak membantah tudingan fitnah dalam pidato Presiden SBY saat Perayaan Natal Nasional ditujukan kepada George. ’’Kalau itu tidak berdasarkan fakta, apakah itu bukan disebut fitnah?’’ ujarnya.

Di tempat terpisah, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian Djoko Suyanto yang kini menjabat Menko Polhukam menyebut George mengigau. ’’Semua pengeluaran dana untuk keperluan di luar yayasan harus melalui dewan Pembina,’’ kata Djoko di sela-sela menghadiri acara resmi di Istana Negara Jakarta, Selasa (29/12).

George dalam bukunya mengatakan, empat yayasan dibentuk oleh para pendukung SBY selama 2005-2009. Yayasan-yayasan ini melibatkan para pejabat negara, militer, maupun sipil yang dituding sebagai wadah untuk menyalurkan dana hibah untuk keperluan kampanye pada pemilu 2009.

’’Mana mungkin kita bisa mengeluarkan dana seperti itu, pengurusnya pasti tidak mau,” ujar Djoko Suyanto tentang adanya aliran dana dari yayasan untuk keperluan kampanye. ’’Kalau George punya analisis seperti itu, bohong besar! Itu (dianalisa) setelah tidur lama dan kemudian terbangun,’’ tambahnya.

Selain Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan, yayasan yang disebut sebagai gurita Cikeas oleh George antara lain Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Yayasan Majelis Dzikir SBY. Fungsi yayasan-yayasan ini di antaranya memudahkan menampung bantuan.

Beberapa nama pengusaha besar tercatat sebagai penyumbang. Di antaranya disebutkan buron Bantuan Likuiditas Bantuan Indonesia (BLBI) Djoko S Tjandra yang tercatat pernah mengirim dana ke rekening Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian.

Djoko Suyanto mengakui yayasan memang bisa menerima dana dari mana saja. Tapi tentang sumbangan dari Djoko Tjandra, Djoko Suyanto menjawab tidak tahu. ’’Saya tidak pernah melihat pembukuan karena itu urusan sekretaris,” ujarnya.

’’Penyumbang bisa puluhan atau ratusan dan semua masuk ke rekening yayasan. Ketua Dewan Pembina bisa tidak tahu dari mana saja,’’ terangnya. ’’Yayasan ini bukan baru berdiri menjelang pemilu, dan tidak ada kaitan dengan Pak SBY,’’ tegas Djoko.

Pejabat Urus Yayasan

Buku George juga menyebut para pejabat negara yang terlibat sebagai operator yayasan. Di antaranya Menbudpar Jero Wacik, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, dan mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni.

Aditjondro juga menyebutkan, petinggi militer dan Polri, baik yang masih aktif maupun sudah purna duduk sebagai pengurus Yayasan Puri Cikeas. Antara lain Brigjen Kurdi Mustofa (Sekretaris Pribadi SBY), mantan KSAD Jenderal (Purn) Subagyo HS, Komjen Didi Widayadi, dan Mayjen TNI Bambang Sutedjo, Marsekal Madya (Pur) Suratto Siswodihardjo, mantan ketua Inkopau, dan mantan Wakil Ketua MPR Letjen (Pur) Agus Widjojo.

Sejumlah pebisnis juga ada dalam struktur kepengurusan Yayasan Puri Cikeas. Ada nama Sofyan Basir (Dirut BRI). Juga, Anton Sukartono, putra Suratto Siswodiharjo yang duduk sebagai Wakil Bendahara DPP Partai Demokrat, Dirut Bank Bukopin Glen Glenardi, Sukamdani Sahid Gitosarjono (pemilik Sahid Group) dan putranya, Hariadi Budi Sukamdani. Nama Tanri Abeng dan putranya, Emil Abeng (Presiden PT Walinusa Energi), juga masuk.

Putra bungsu SBY, Edhi Baskoro menempati posisi sekretaris pada Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Demikian pula Hartanto Edhi Wibowo, adik bungsu Ny Ani Yudhoyono duduk sebagai salah satu bendahara.

Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian (YKDK) dipimpin bankers Arwin Rasyid yang kini menjabat Presdir CIMB Bank Niaga. Duduk sebagai bendahara umum YKDK adalah Dessy Natalegawa, adik kandung Menlu Marty Natalegawa.

Komposisi YKDK diperkuat pula oleh Menko Polkam Djoko Suyanto, Menhan Purnomo Sugiantoro, Kepala BIN Sutanto, dan Menprin MS Hidayat. Yayasan Puri Cikeas, Majelis Dzikir SBY Nurusalam, dan YKDK tidak dipimpin oeh SBY, tapi oleh orang-orang dari lingkaran dalamnya.

Ibas, dipercaya pamannya, Hadi Utomo, yang juga ketua umum DPP Partai Demokrat menjadi ketua Departemen Kaderisasi DPP Partai Demokrat. Ibas juga ikut Center for Food, Energy, and Water Studies (CFEWS), lembaga yang digagas Heru Lelono, staf khusus Presiden SBY yang pernah bikin heboh dengan ’’Energi Biru’’ dan padi super toy. Ibas juga terjun ke dunia bisnis, khususnya produksi kue kering dengan duduk menjadi asisten direksi PT Gala Pangan.

George Siap Jelaskan

Sementara itu, buku ’’Gurita Cikeas” terancam dilarang peredarannya. Namun, penerbit Galangpress dan pengedar Gramedia sampai Selasa siang tadi masih tetap mengedarkan buku itu. Sejumlah toko buku takut menjual

Komnas Hak Asasi Manusia yang mendapat pengaduan dari penerbit memberikan surat jaminan perlindungan bagi sejumlah toko buku. Hal ini dilakukan untuk menyikapi ketakutan berbagai toko buku untuk menerbitkan buku tersebut.

Saat ini pihak penerbit baru mencetak 4.000 buku yang 70 persennya tertahan di toko-toko buku besar. Sementara peluncuran buku itu baru dilakukan Rabu (30/12) besok pukul 12.00 WIB di Doekoen Cafe, Graha Permata Pancoran, Blok A, Pancoran.

George sendiri hari ini sudah berada di Jakarta guan menghadiri peluncuran bukunya besok. Ketika dihubungi lewat handphone-nya, George menolak memberikan informasi tentang tempatnya bermalam. ’’Saya hanya akan menghadiri peluncuran buku saya, tidak mau berpolemik,” ujarnya.

George hanya mengatakan, dia akan bicara panjang tentang bukunya sebagai pertanggungjawaban ilmiah atas karyanya itu. ’’Tidak benar jika buku ini hanya kutip sana-sini, tapi juga ada materi-materi yang saya gali,” ujarnya.

Dia membenarkan kesediaannya untuk mendiskusikan isi bukunya itu dengan pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk orang-orang Partai Demokrat.

Sementara itu, sebelum peluncuran besok, buku “Membongkar Gurita Cikeas” sudah ditemukan bajakannya, dan diedarkan di luar jaringan toko buku resmi.

Revisi

Di pihak lain, Perum LKBN Antara menyatakan, George akan merevisi bukunya, khususnya yang menuding kantor berita nasional itu mengalihkan sebagian dana PSO Rp 40,6 miliar untuk Bravo Media Center.

’’Pak George telah mengakui bahwa tuduhan itu keliru, dan kami sambut baik niat beliau untuk meluruskan bukunya. Intinya, tidak ada pengalihan dana Public Service Obligation (PSO) Antara ke Bravo Media Center,’’ kata Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf seusai dialog terbuka dengan George di Studio TVOne Jakarta, pagi tadi.

Menurut Mukhlis, George tidak bisa membuktikan tuduhan pengalihan dana tersebut dan hanya berdasarkan asumsi atas info sepihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. George menyebut infonya berdasarkan orang dalam Antara, tapi Mukhlis mempersilakan George datang dan menanyakan langsung kepada setiap karyawan mengenai kebenaran dari tuduhannya itu. ’’Kekeliruan George adalah karena tidak konfirmasi dan verifikasi kepada kami,’’ kata Mukhlis.

Mukhlis mengatakan, soal revisi George Aditjondro siap, tapi untuk minta maaf pada tahap sekarang ini, ’’beliau masih mempertimbangkan’’. Perum LKBN Antara tetap menyatakan bahwa somasi tetap diberlakukan kepada George Aditjondro untuk memastikan revisi buku dilaksanakan dan kekeliruan atas tuduhan pengalihan dana PSO Antara ke Bravo Media Center diluruskan.

Sebelumnya, Perum LKBN Antara melakukan somasi agar dalam waktu 3X24 jam memberikan penjelasan atas tuduhannya kepada kantor berita itu. LKBN Antara menuntut George meminta maaf dan melakukan revisi atas bukunya. mer, sit, ntr

Gurita Cendana

Yayasan Dana Sejahtera Mandiri

Yayasan Supersemar

Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais)

Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab)

Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila

Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan

Yayasan Trikora

Sumber: Dakwaan jaksa dalam persidangan penyalahgunaan dana 7 yayasan Soeharto untuk kroninya (Bob Hasan, Bambang Trihatmodjo, dan Hutomo Mandala Putra). Kasus di-SP3 pada 12 Mei 2006 dengan alasan kondisi Soeharto.

Gurita Cikeas

- Yayasan Puri Cikeas

- Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam

- Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian

- Yayasan Mutu Manikam Nusantara

- Yayasan Batik Indonesia

- Yayasan Sulam Indonesia

Sumber: Buku ’’Membongkar Gurita Cikeas; di Balik Kasus Bank Century’’ karya George Junus Aditjondro
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=51e0fff3f3771b9df247ee2f30931fe8&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a

No comments:

Post a Comment